Tuesday, 4 November 2014

The Loving Ghost


The Loving Ghosts
Cast : G-Dragon, Ahn Mira (OC), Choi TOP, Taeyang (cameo)
Genre : murder(?) /romance
Length : viclet/drabble (sebenernya bingung bedanya viclet sama drabble.-.)
A/N : Author lagi bingung mau nulis apa =_= tapi yang jelas, nih ff sebenernya udah lama tercipta(?) sekitar 6 jam sebelum mulai UTS. Bayangin deh~Author nggak banyak belajar nyiapin hari pertama itu. Mian, di ff kali ini Author nggak bisa ngasih poster, tapi Author janji besok-besok kalo udah diedit bakal dikasih poster! OK, happeh reading and pls respect!!
***
-Jiyong's POV-
Seoul Int Middleschool, IX-3. Kelasku sedang ramai, karena hari ini kebetulan guru-guru ada rapat. Aku pergi ke perpustakaan, mencari buku distopia Amerika terbaru.
Seorang yeoja berwajah pucat menghampiriku. “Jiyong Oppa, apa ada yang bisa kubantu?” tawarnya ramah. Siapa dia, bagaimana dia bisa tau namaku? Agaknya aku tidak melihatnya dari tadi. Wajahnya familier, tapi aku tak bisa mengingatnya dengan jelas.
Ah, mungkin dia dari lorong lain, batinku. “Ah, ne... Apa kau tau, di mana aku bisa menemukan buku distopia Amerika terbaru?” aku mencoba sesopan mungkin.
“Yah... Entahlah, tapi yang aku tau, di... Rak 813-2 lorong 9 deret ketiga dari atas, letaknya paling pojok. Ada buku cetakan 2013 berjudul Dark Places karangan Gillian Flynn—sepanjang tahun buku itu tidak pernah disentuh oleh siapapun, kecuali oleh aku dan Oppa setelah ini.” yeoja itu menuntunku ke rak yang dimaksud. Di situ ada sebuah buku berjudul Dark Places.
Aku tersenyum melihatnya. “Gomapta... Emm, siapa namamu?”
“Ahn Mira,” jawabnya singkat.
“Oh~gomapta, Mira...” semula aku ingin membacanya di kelas, tapi karena Mira sendirian, aku tak sampai hati meninggalkannya di sini. Apalagi wajahnya pucat begitu.
“Oppa, kau kelas berapa?” ia bertanya, membuyarkan fokusku pada novel yang kubaca.
Aku mengangkat wajahku. “Kelas IX-3. Kau sendiri kelas berapa?”
Mira tampak berpikir sejenak. Aku memandangnya aneh. Maksudku, untuk apa berpikir saat seseorang menanyakan kelasmu? Yah~tapi itulah dia. Manis, ramah, periang. Tapi wajahnya pucat dan penuh rahasia, seakan sesuatu terjadi padanya.
“Seharusnya aku kelas IX-4...” aku menggumamkan 'ah' panjang yang terhenti oleh helaan nafasnya. Yeoja berwajah pucat itu meneruskan kalimatnya. “Tapi, sesuatu terjadi saat pengumuman kenaikan kelas. Oppa, kau tau Choi Seunghyun?”
Aku mengingat-ingat nama itu. Choi Seunghyun... “Aha! Seunghyun kelas XII-7. Harusnya dia sudah kuliah, tapi tahun lalu dia tidak lulus. Dia benar-benar bajingan! Tahun lalu ia membunuh seorang anak kelas X. Kurang ajar betul dia itu! Padahal yang dibunuhnya itu... Nae yeojachingu.” Amarahku membuncah saat membahas Choi Seunghyun. Aku menutup wajahku dengan telapak tangan. Mataku sudah terasa panas.
*flashback*
-Author POV-
Seorang namja—Choi Seunghyun—menyiapkan tambang, pisau lipat, dan pecahan beling, yang disembunyikannya di rak tertutup di perpustakaan.
Tepat saat itu, yeoja—Ahn Mira—masuk ke perpustakaan dan pergi ke lorong di mana Seunghyun berada untuk mengembalikan novel Dark Places yang selesai dibacanya. Dengan cepat, namja berandal itu menciumnya. Di tengah ciuman anak sekolah-nya, ia mengeluarkan sebuah pisau lipat. Dari belakang, disayatnya nadi leher Mira hingga mengeluarkan darah dan pingsan seketika. Ia meletakkan yeoja itu di lantai dan membuat beberapa luka lagi di tubuhnya dengan pecahan beling serta mencekiknya dengan tambang. Darah merembes keluar dari seragamnya.
Keesokan harinya, semua orang berkerumun di perpustakaan. Mereka menemukan Ahn Mira tewas dengan darah yang sudah mengental menodai lantai perpustakaan. Namja bernama Kwon Jiyong menitikkan air mata dan segera berlari meninggalkan kerumunan orang-orang. Semua orang tau, Ahn Mira adalah kekasih Kwon Jiyong. Tak heran jika sang namja begitu terpukul atas kejadian ini.
*flashback end*
-Jiyong’s POV-
“Dan anak itu itu sedang bicara denganmu saat ini,” ujarnya pelan padaku.
Aku mengangkat wajah dan tersenyum tipis—atau tepatnya, tersenyum sendu. Semenit kemudian aku mencerna kata-katanya dan sikapnya yang akrab sedari tadi. “Jadi, kau... Dan yang dibunuh Seunghyun itu...”
“Geure,” selanya sebelum aku menghabiskan kalimatku.
“Tapi, di situs sekolah...” aku mencoba membantah.
Mira menggeleng dan menyela perkataanku lagi. “Itu aku. Jeongmal,” tegasnya, lalu mengambil nafas. “Aku lahir di Korea, saat usiaku 5 tahun aku pindah ke Amerika. Nae Appa seorang keturunan Tiongkok. Nae Eomma asli Korea. Aku besar di Amerika karena Appa mendapat tugas diplomat ke sana. Rumit bukan?” ceritanya panjang lebar.
“Oh, geunde...” akhirnya hanya kata itu yang keluar dari mulutku.
“Oppa, neoreul saranghae, yeongwonhi...”
“Naega do neoreul saranghae... Aku akan menyusulmu suatu saat nanti...” ujarku menatap manik matanya dalam-dalam.
Air muka yeoja ‘hantu’ itu berubah khawatir. “Chajima! Aku ingin kau tetap hidup dan terus berkarya bagi dunia, Oppa!”
“Tapi, bagaimana denganmu...? Lalu Seunghyun juga, geu...” aku berujar dengan agak terbata-bata.
“Biar Tuhan memberi balasan yang setimpal padanya.” Yeojachingu-ku itu—atau katakanlah mantanku—tersenyum manis.
Aku balas tersenyum padanya. “Ah... Geure. Semua biar Tuhan yang mengatur.”
Keesokan harinya...
“Jiyong-ya, bisa kau cetakan buku latihan ini?” ujar Youngbae teman sebangkuku saat pelajaran. Ia menyerahkan sebuah USB device padaku.
“Jigeum?” tanyaku singkat tanpa menatapnya. Aku terus mencatat materi di papan tulis.
“Ani. Nanti saja saat break.”
“Arasseo.” Aku membalik halaman baru dan menulis nama Ahn Mira di atasnya. Hari ini adalah hari kematiannya.
“Ah~nama itu! Kau masih belum sanggup melupakannya ne?” Youngbae bertanya. Rupanya dia memperhatikan bukuku.
“Ani... Hanya teringat saja. Aku memimpikannya semalam,” elakku tapi jujur. Aku memang memimpikannya semalam
“Heu~kau ini!” cibirnya sambil berdiri. Yoon Songsaengnim sudah keluar. Aku ikut berdiri dan menutup buku tulisku. “Yah~sudah ya. Tolong jangan lupa cetakan buku itu!” Youngbae keluar bersama seorang temannya.
Aku diam saja, berjalan ke perpustakaan. Mencari printer dan mengharapkan kemunculan Mira. Tapi kuurungkan niatku saat melihat perpustakaan terkunci rapat. Pilihan terakhirku adalah pergi ke outdoor printing seberang sekolah.
Aku menyebrang jalan. Tiba-tiba dari arah kanan sebuah mobil sport warna clean silver melaju kencang. Aku tak sempat menghindar. Akhirnya akhir, pandanganku mengabur, dunia menjadi gelap. Nae du nuneul gameunda.
Yeongwonhi.
-Author POV-
Malam itu, rumah Jiyong dipenuhi kerabat dan famili yang berdatangan. Sang kakak berlutut di samping peti mati seorang yeoja.
Kwon Jiyong.
Dia meninggal di tempat saat akan mencetak buku latihan karena tertabrak mobil.
Di kejauhan, sebuah mobil sport berwarna clean silver bernoda darah terparkir manis. Seorang namja duduk sebuah ruangan berbatas jeruji besi dengan air muka kesal—karena berada di tempat itu—dan menyesal. Choi Seunghyun.
Dia dikeluarkan dari Seoul Int Middleschool dan harus mendekam di penjara karena terlibat pembunuhan dua kali selama masa sekolah. Namja tengil itu menjadi headline koran sore di seluruh penjuru Korea.
*side story*
Di taman di alam lain...
“Mira... Will you marry me?” Jiyong berlutut di depan Mira sambil memegang sekotak cincin.
Tanpa ragu-ragu, ia mengambil cincin itu. “Yes, I will, Oppa.”
Chu~
Mereka berciuman mesra.
Tuhan telah mempersatukan mereka untuk bahagia di kehidupan berikutnya. 
-FIN-
Aneh ya? Iya -.- jujur aja Author bingung harus gimana… tapi nggak masalah kan, mati gitu ato semacamnya? Selama gak bunuh diri sih bagi Author pribadi it’s OK *bicara apa sih-,-* sebenernya Author punya alasan tersendiri pake setting perpustakaan. Salah satunya adalah posisi Author sebagai ex-asisten perpus dan outcast =_= trus alasan Author milih buku Dark Places adalah Nicholas Hoult. Ha. Ha. Ha. Krik krik. Krik krik.
OK, thanks udah baca karya Author. Dan thank you juga bagi yang respek ^^ aku cinta kalian, saranghanda!!

No comments:

Post a Comment