The Loving
Ghosts
Cast : G-Dragon,
Ahn Mira (OC), Choi TOP, Taeyang (cameo)
Genre :
murder(?) /romance
Length : viclet/drabble
(sebenernya bingung bedanya viclet sama drabble.-.)
A/N : Author
lagi bingung mau nulis apa =_= tapi yang jelas, nih ff sebenernya udah lama
tercipta(?) sekitar 6 jam sebelum mulai UTS. Bayangin deh~Author nggak banyak
belajar nyiapin hari pertama itu. Mian, di ff kali ini Author nggak bisa ngasih
poster, tapi Author janji besok-besok kalo udah diedit bakal dikasih poster! OK,
happeh reading and pls respect!!
***
-Jiyong's POV-
Seoul Int
Middleschool, IX-3. Kelasku sedang ramai, karena hari ini kebetulan guru-guru
ada rapat. Aku pergi ke perpustakaan, mencari buku distopia Amerika terbaru.
Seorang yeoja
berwajah pucat menghampiriku. “Jiyong Oppa, apa ada yang bisa kubantu?”
tawarnya ramah. Siapa dia, bagaimana dia bisa tau namaku? Agaknya aku tidak
melihatnya dari tadi. Wajahnya familier, tapi aku tak bisa mengingatnya dengan
jelas.
Ah, mungkin
dia dari lorong lain, batinku. “Ah, ne... Apa kau tau, di mana aku bisa
menemukan buku distopia Amerika terbaru?” aku mencoba sesopan mungkin.
“Yah...
Entahlah, tapi yang aku tau, di... Rak 813-2 lorong 9 deret ketiga dari atas,
letaknya paling pojok. Ada buku cetakan 2013 berjudul Dark Places karangan
Gillian Flynn—sepanjang tahun buku itu tidak pernah disentuh oleh siapapun,
kecuali oleh aku dan Oppa setelah ini.” yeoja itu menuntunku ke rak yang
dimaksud. Di situ ada sebuah buku berjudul Dark Places.
Aku
tersenyum melihatnya. “Gomapta... Emm, siapa namamu?”
“Ahn Mira,”
jawabnya singkat.
“Oh~gomapta,
Mira...” semula aku ingin membacanya di kelas, tapi karena Mira sendirian, aku
tak sampai hati meninggalkannya di sini. Apalagi wajahnya pucat begitu.
“Oppa, kau
kelas berapa?” ia bertanya, membuyarkan fokusku pada novel yang kubaca.
Aku
mengangkat wajahku. “Kelas IX-3. Kau sendiri kelas berapa?”
Mira tampak
berpikir sejenak. Aku memandangnya aneh. Maksudku, untuk apa berpikir saat
seseorang menanyakan kelasmu? Yah~tapi itulah dia. Manis, ramah, periang. Tapi
wajahnya pucat dan penuh rahasia, seakan sesuatu terjadi padanya.
“Seharusnya
aku kelas IX-4...” aku menggumamkan 'ah' panjang yang terhenti oleh helaan
nafasnya. Yeoja berwajah pucat itu meneruskan kalimatnya. “Tapi, sesuatu
terjadi saat pengumuman kenaikan kelas. Oppa, kau tau Choi Seunghyun?”
Aku
mengingat-ingat nama itu. Choi Seunghyun... “Aha! Seunghyun kelas XII-7.
Harusnya dia sudah kuliah, tapi tahun lalu dia tidak lulus. Dia benar-benar
bajingan! Tahun lalu ia membunuh seorang anak kelas X. Kurang ajar betul dia
itu! Padahal yang dibunuhnya itu... Nae yeojachingu.” Amarahku membuncah saat
membahas Choi Seunghyun. Aku menutup wajahku dengan telapak tangan. Mataku
sudah terasa panas.
*flashback*
-Author POV-
Seorang
namja—Choi Seunghyun—menyiapkan tambang, pisau lipat, dan pecahan beling, yang
disembunyikannya di rak tertutup di perpustakaan.
Tepat saat
itu, yeoja—Ahn Mira—masuk ke perpustakaan dan pergi ke lorong di mana Seunghyun
berada untuk mengembalikan novel Dark Places yang selesai dibacanya. Dengan
cepat, namja berandal itu menciumnya. Di tengah ciuman anak sekolah-nya, ia
mengeluarkan sebuah pisau lipat. Dari belakang, disayatnya nadi leher Mira
hingga mengeluarkan darah dan pingsan seketika. Ia meletakkan yeoja itu di
lantai dan membuat beberapa luka lagi di tubuhnya dengan pecahan beling serta
mencekiknya dengan tambang. Darah merembes keluar dari seragamnya.
Keesokan
harinya, semua orang berkerumun di perpustakaan. Mereka menemukan Ahn Mira
tewas dengan darah yang sudah mengental menodai lantai perpustakaan. Namja
bernama Kwon Jiyong menitikkan air mata dan segera berlari meninggalkan
kerumunan orang-orang. Semua orang tau, Ahn Mira adalah kekasih Kwon Jiyong. Tak
heran jika sang namja begitu terpukul atas kejadian ini.
*flashback end*
-Jiyong’s POV-
“Dan anak
itu itu sedang bicara denganmu saat ini,” ujarnya pelan padaku.
Aku mengangkat
wajah dan tersenyum tipis—atau tepatnya, tersenyum sendu. Semenit kemudian aku
mencerna kata-katanya dan sikapnya yang akrab sedari tadi. “Jadi, kau... Dan
yang dibunuh Seunghyun itu...”
“Geure,”
selanya sebelum aku menghabiskan kalimatku.
“Tapi, di
situs sekolah...” aku mencoba membantah.
Mira
menggeleng dan menyela perkataanku lagi. “Itu aku. Jeongmal,” tegasnya, lalu
mengambil nafas. “Aku lahir di Korea, saat usiaku 5 tahun aku pindah ke
Amerika. Nae Appa seorang keturunan Tiongkok. Nae Eomma asli Korea. Aku besar
di Amerika karena Appa mendapat tugas diplomat ke sana. Rumit bukan?” ceritanya
panjang lebar.
“Oh,
geunde...” akhirnya hanya kata itu yang keluar dari mulutku.
“Oppa,
neoreul saranghae, yeongwonhi...”
“Naega do
neoreul saranghae... Aku akan menyusulmu suatu saat nanti...” ujarku menatap
manik matanya dalam-dalam.
Air muka yeoja
‘hantu’ itu berubah khawatir. “Chajima! Aku ingin kau tetap hidup dan terus
berkarya bagi dunia, Oppa!”
“Tapi,
bagaimana denganmu...? Lalu Seunghyun juga, geu...” aku berujar dengan agak
terbata-bata.
“Biar Tuhan
memberi balasan yang setimpal padanya.” Yeojachingu-ku itu—atau katakanlah
mantanku—tersenyum manis.
Aku balas
tersenyum padanya. “Ah... Geure. Semua biar Tuhan yang mengatur.”
Keesokan harinya...
“Jiyong-ya,
bisa kau cetakan buku latihan ini?” ujar Youngbae teman sebangkuku saat
pelajaran. Ia menyerahkan sebuah USB device padaku.
“Jigeum?”
tanyaku singkat tanpa menatapnya. Aku terus mencatat materi di papan tulis.
“Ani. Nanti
saja saat break.”
“Arasseo.”
Aku membalik halaman baru dan menulis nama Ahn Mira di atasnya. Hari ini adalah
hari kematiannya.
“Ah~nama
itu! Kau masih belum sanggup melupakannya ne?” Youngbae bertanya. Rupanya dia
memperhatikan bukuku.
“Ani...
Hanya teringat saja. Aku memimpikannya semalam,” elakku tapi jujur. Aku memang
memimpikannya semalam
“Heu~kau
ini!” cibirnya sambil berdiri. Yoon Songsaengnim sudah keluar. Aku ikut berdiri
dan menutup buku tulisku. “Yah~sudah ya. Tolong jangan lupa cetakan buku itu!” Youngbae
keluar bersama seorang temannya.
Aku diam
saja, berjalan ke perpustakaan. Mencari printer dan mengharapkan kemunculan Mira.
Tapi kuurungkan niatku saat melihat perpustakaan terkunci rapat. Pilihan
terakhirku adalah pergi ke outdoor printing seberang sekolah.
Aku
menyebrang jalan. Tiba-tiba dari arah kanan sebuah mobil sport warna clean
silver melaju kencang. Aku tak sempat menghindar. Akhirnya akhir, pandanganku
mengabur, dunia menjadi gelap. Nae du nuneul gameunda.
Yeongwonhi.
-Author POV-
Malam itu,
rumah Jiyong dipenuhi kerabat dan famili yang berdatangan. Sang kakak berlutut
di samping peti mati seorang yeoja.
Kwon Jiyong.
Dia
meninggal di tempat saat akan mencetak buku latihan karena tertabrak mobil.
Di kejauhan,
sebuah mobil sport berwarna clean silver bernoda darah terparkir manis. Seorang
namja duduk sebuah ruangan berbatas jeruji besi dengan air muka kesal—karena
berada di tempat itu—dan menyesal. Choi Seunghyun.
Dia
dikeluarkan dari Seoul Int Middleschool dan harus mendekam di penjara karena
terlibat pembunuhan dua kali selama masa sekolah. Namja tengil itu menjadi
headline koran sore di seluruh penjuru Korea.
*side story*
Di taman di
alam lain...
“Mira...
Will you marry me?” Jiyong berlutut di depan Mira sambil memegang sekotak
cincin.
Tanpa
ragu-ragu, ia mengambil cincin itu. “Yes, I will, Oppa.”
Chu~
Mereka
berciuman mesra.
Tuhan telah
mempersatukan mereka untuk bahagia di kehidupan berikutnya.
-FIN-
Aneh ya? Iya
-.- jujur aja Author bingung harus gimana… tapi nggak masalah kan, mati gitu
ato semacamnya? Selama gak bunuh diri sih bagi Author pribadi it’s OK *bicara
apa sih-,-* sebenernya Author punya alasan tersendiri pake setting
perpustakaan. Salah satunya adalah posisi Author sebagai ex-asisten perpus dan
outcast =_= trus alasan Author milih buku Dark Places adalah Nicholas Hoult.
Ha. Ha. Ha. Krik krik. Krik krik.
OK, thanks
udah baca karya Author. Dan thank you juga bagi yang respek ^^ aku cinta
kalian, saranghanda!!
No comments:
Post a Comment