Tuesday, 7 October 2014

School Prince & Outcast Girl



Author : CarolinodRenod
Cast : Sunggyu, Woohyun, Nam Hyunra (OC)
Genre : romance gaje
Length : universe (about 2000 words)
A/N : Inspired by my own story. Aku outcast T.T tapi yang [DULU] aku sukai bukan penguasa sekolah, tapi ketua OSIS. Sekarang udah nggak satu sekolah lagi. Dia udah disuruh angkat kaki dengan hormat *maksudnya lulus -_-* cuma ceritanya aja yang masih kebayang sampe detik nulis ff ini. Happy reading!
-Aku ini cuma outcast. Buangan.
Tapi dia? Dia penguasa sekolah.
Apakah mungkin, cinta mempersatukan kami?-
[Author POV]
Dua orang namja berjalan beriringan di koridor Woolim Highschool of  Art & Literature. Siswa-siswa lain yang tengah ngobrol menyingkir ke dinding, atau masuk ke kelas. Kecuali, seorang yeoja yang tetap berjalan dengan enteng dari kejauhan.
“Sunggyu-ya, kau tau siapa yeoja itu?” tanya seorang dari kedua namja itu saat mereka berhenti di depan papan mading yang tertutup kaca.
“Anya.” Namja bernama Sunggyu itu menjawab tanpa melihat—bahkan sekedar melirik—temannya.
“Sunggyu-ya! Kau tau tidak?” namja yang tadi mengulangi lagi pertanyaannya. Sunggyu hanya mendesah kesal. “Sunggyu-ya!”
Akhirnya namja bernama Sunggyu itu buka mulut. “Woohyun-a!” teriaknya. Ia menarik napas kasar, bersiap memukul temannya. Tapi sedetik kemudian, kepalan tangannya turun. “Mian. Cuma refleks,” gumamnya.
“Kau tau yeoja itu?” namja yang bernama Woohyun itu mengulangi pertanyaannya sambil menunjuk yeoja yang berjalan mendekat ke arah mereka. Yeoja itu cantik, wajahnya memukau, tampaknya juga pintar.
“Oh. Tidak, sih. Tapi dia tres beaute. Ayo kita lakukan sesuatu.” Sunggyu yang sedari tadi memperhatikan yeoja itu dari pantulan kaca memalingkan wajah pada Woohyun dan menyeringai penuh makna.
Woohyun tampak berpikir sebentar. Tapi Sunggyu yang seakan dikejar sesuatu yang tak kasat mata langsung bertindak. Ia berjalan tanpa peduli sekitar. “Sunggyu-ya, dia itu…”
Jduk. Sunggyu menabrak yeoja itu.
[Hyunra POV]
Namja tampan nan memukau itu menabrakku. Aku terjatuh dan tertimpa tubuh atletisnya yang—bisa dikatakan—cukup berat. Sesaat aku merasakan sesuatu menyentuh bibirku. We accidentally kissed! Aku yang tak tak tau harus berbuat apa hanya memandangnya aneh. Tatapan kami bertemu. Ia menyadarinya, kemudian berdiri dan merapikan pakaiannya. Jantungku berdegup kencang saat memandangnya. Dengan cepat aku menyangkal pikiranku dan menyusulnya berdiri. Tanpa merapikan seragamku, aku menghardiknya di depan umum.
“Huh. Kim Sunggyu! Awas kalau kau ulangi lagi perbuatanmu itu, aku tidak akan memaafkanmu!”
Ia malah menamparku di pipi kiri. “Atas dasar apa kau menghardikku, heh? Ini tempat umum, Babo-ya!”
“Kau tau sendiri, ini tempat umum. Lalu kenapa kau masih sengaja menabrakku, sementara jalan di koridor ini lengang, hah?” balasku tanpa mempedulikan pipiku yang memerah karena tangannya. Ia terdiam, aku menggunakan kesempatan ini untuk meninju wajahnya sampai berdarah. Tatapannya berubah tajam.
Lalu ia membuka mulut. “Kita lihat saja nanti… Nam Hyunra.” Ia membaca name tag di seragamku.
Aku menatapnya sengit. Tanpa berkata-kata lagi, aku pergi ke UKS, mencari obat untuk pipiku. Sekilas aku melihat pantulan diriku di cermin UKS. Hebat juga dia. Jantungku berdegup kencang lagi saat membayangkan wajahnya yang dingin. Andwe! Aku seperti ini pasti karena benci pada namja itu.
-Sementara itu, di depan papan kaca…
[Sunggyu POV]
Aku benar-benar terkejut. Aku jatuh menimpa dirinya. Bahkan tanpa sengaja aku menciumnya. Oh sial!
Dengan gontai tapi penuh amarah aku berlari menghampiri Woohyun. “Aigoo… Sunggyu-ya, apa yang dilakukannya sampai kau seperti ini?” Woohyun mengelus pipiku yang tadi dipukul yeoja sialan itu.
“Ya!! Jangan seperti itu, kau seperti karakter yaoi saja!” aku menjitaknya. Kemudian beringsut ke kamar mandi terdekat. Aku mencuci muka dan mengeringkan darah yang mengalir keluar dari bibirku. Jujur saja, bagiku, yeoja itu adalah orang pertama yang menaklukanku sepanjang hidupku 17 tahun ini. Aku merasakan detak jantungku bertambah cepat setika bayangan wajahnya yang manis—meskipun mengerikan itu—muncul di pikiranku.
Aku menyangkal pikiranku dan beranjak keluar kamar mandi. “Eottohgae?” Woohyun sudah di depan pintu, mengemut permen lemon yang tadi dibelinya.
“Wow.” Jawabku singkat. Lalu aku menyambung, “Dia mirip denganmu… sedikit. Haha!”
“Aku ingin bilang, tapi kau sudah nekad, yah, batal deh.” Ia mencibir padaku.
“Memang kau mau bilang apa?” tanyaku penasaran.
“Dia sepupuku.” Woohyun mengejutkanku dengan jawaban seperti itu.
“Mian.” Aku hanya menggumamkan kata itu.
Woohyun hanya tersenyum. “Tapi kami tak sedekat dulu saat kami masih kecil. Aku sih, biar saja kalau dia kau tampar.”
“Maksudmu apa?” aku semakin penasaran. “Kenapa kau bilang tak sedekat dulu?”
“Karena ia sebelum ini tinggal di Jerman. Baru semester lalu dia pindah ke sini.” Aku berhasil menahan senyum yang pasti merekah saat aku tidak sadar. “Ah~~ tapi sebagai sepupunya dan juga temanmu, aku tidak akan memihak siapapun di antara kalian. Itu salahmu juga, kau yang bertindak tanpa berpikir!”
Kami berjalan ke kantin untuk membeli minum. Saat kami akan kembali ke kelas, aku bertanya banyak tentang yeoja bernama Nam Hyunra itu. “Bisa kau ceritakan padaku segalanya tentang anak itu?”
“Semester lalu ia pindah ke sini. Mungkin karena dia berasal dari Jerman, negara yang terkenal sepak bolanya, semua anak menjauhinya. Ia manis sekali, baik, pintar, rajin, dan jago olahraga, jago musik. Sayangnya dia…  yah, seperti yang kau rasakan sekarang. Tapi, wow, seandainya aku bukan kakak sepupunya, aku sudah memacarinya!” ia terkekeh.
“Kau hanya sibuk memikirkan yeoja saja. Sudah berapa yeoja kau buat terpukau tanpa melirik mereka sama sekali?”
“Jangan salah. Aku punya ini.” Ia mengeluarkan cincin yang dikalungkan dari dalam seragamnya. “Aku sudah bertunangan.”
Aku meludahkan coke yang kuminum karena terkejut. “Siapa yeoja itu?”
“Park Jigun. Kau tidak kenal, aku berani bertaruh,” jawabnya sambil tersenyum sombong. “Kau, kapan giliranmu?”
“Cih. Mana ada yeoja yang terang-terangan melakukan sesuatu padaku?” aku bertanya menantang, lalu meminum coke yang kubeli.
“NHR?” iseng ia menyebut inisial itu.
Aku yang tidak paham hanya mengangkat alis. “Ha?”
“Nam Hyunra…” jahilnya sambil merebut kaleng coke-ku dan meminumnya sampai habis. Dilemparnya kaleng itu ke dinding, memantul dan masuk ke tempat sampah.
Ctak. Sebuat jitakan mendarat di kepalanya. “Kau apa-apaan, sih? Aku tidak akan pernah menyukai sepupumu yang sialan itu!” sergahku. Tapi entah kenapa, menyebutnya sialan, aku jadi merasa aneh sendiri.
“Sudahlah. Kau emosional sekali. Ayo kembali ke kelas.” Woohyun merangkulku akrab dan kami berjalan ke kelas.
-While Hyunra is…
[Hyunra POV]
Apa dia tidak punya rasa hormat sama perempuan? Cih, tidak berguna!
Aku yang benar-benar kesal tidak bisa melakukan apapun. Aku hanyalah outcast princess, tidak seperti Sunggyu yang menguasai sekolah. Kalau diperhatikan, ia dekat dengan Nam Woohyun Oppa. Kuharap kakak sepupuku itu mau menceritakan Sunggyu padaku. (P.S. : Aku adik sepupunya, tapi usia kami sama. Meskipun begitu, aku lebih suka memanggilnya dengan oppa. Terdengar lebih manis. Kekeke…)
Pulangnya, aku mengirim pesan pada Woohyun Oppa. “Woohyun Oppa, hai. Sudah lama sekali kita tidak bersama, bukan. Mau pulang bareng?” tulisku di layar ponsel. Aku mengirimnya.
Semenit kemudian, ia membalas SMS yang kukirim. “Hai, Adik Kecilku! Aku di taman. Temui aku segera kalau kau ingin pulang denganku!” tanpa membalas lagi, aku segera berlari ke taman. Aku cepat menemukan Woohyun Oppa yang memang jelas kukenali wajahnya.
“Oppa!” seruku dari jarak 5 meter. Aku berlari mendekatinya. “Oreumaniya?”
“Ani. Kajja kita pulang sekarang…” jawabnya sambil melingkarkan tangannya ke bahuku.
“Isssh, Oppa… jangan seperti itu!” aku menepisnya sambil kami berjalan menjauhi taman. “Aku akan dicurigai kalau kau seperti itu.”
Akhirnya kakak sepupuku itu melepas tangannya. “Aish, kau ini! Sama kakak sendiri seperti itu! Aku kan bisa membelamu.” Ia berkata sambil mencubit pipi kananku. Untung bukan pipi kiri yang tadi ditampar Sunggyu. Oh, bicara soal Sunggyu…
“Apakah kau akan membelaku dari Sunggyu juga?” pancingku iseng.
Woohyun Oppa berpikir sebentar. “Eum… entahlah.”
Aku menampakkan wajah sedikit kecewa. “Ah~ngomong-ngomong, apa kau mau menceritakan tentang Sunggyu?”
Woohyun Oppa berpikir lagi. “Hm, hmm… oke. Aku ceritakan.” Senyumku merekah mendengar jawabannya. “Sunggyu itu penguasa sekolah, bersama denganku. Dia bertindak seperti nagger. Tapi dia tak pernah memerintahku dengan kasar. Sebenarnya dia sopan, baik, murah hati, pintar, rajin, dan… jago olahraga, dance, musik. Wajahnya juga OK. Hehehehe. Tapi dia suka seenaknya dengan anak yang tidak respek, apalagi berani,” jelasnya panjang lebar.
“Apa aku terlalu berani?” tanyaku mengingat kejadian tadi.
“Menurutnya kau terlalu berani untuk ukuran anak baru. Tapi menururtku, selama kau tidak salah, tak masalah. Yeah~tetap saja kau terlampau berani.” Haish, jawabannya membingungkan. “Hm, sepertinya dia tidak akan seperti itu lagi. Aku sudah memberitahunya kalau kau adik sepupuku. Aku satu-satunya orang yang tidak pernah dilawannya. Dan aku satu-satunya orang yang bersedia melindungimu. Kau sadar kan?” tanyanya. Aku hanya menjawab dengan anggukan sambil menatap matanya.
Tak terasa, aku sudah sampai rumah. “Oppa, itu rumahku.” Aku menunjukan rumah berwarna calm blue di seberang jalan.
Ia membimbingku menyebrang jalan yang cukup ramai. “Kau tinggal dengan siapa?”
“Barame. Paman dan Bibi masih di Jerman. Sibuk!”
“Oh…”
Kami masih bicara banyak. Akhirnya aku memutuskan agar Woohyun Oppa menemaniku akhir pekan ini. “Kau keberatan, Oppa?”
“Ani. Untuk adik sepupuku yang baru kembali, kekeke… aku tak keberatan sama sekali. Aku senang bisa main denganmu lagi!”
Kami melakukan banyak hal berdua. Berfoto-foto, main game, pergi ke N Seoul, jalan-jalan ke Amusement Park, dan pergi makan di Nando’s. Aku melihat Sunggyu di Nando’s. Ia menyapa Woohyun Oppa, tapi padaku ia tetap dingin. Tetap saja, jantungku berdegup kencang saat melihatnya. Aku tak membencinya lagi, kok! Mungkin aku jatuh cinta? Andwe! Dia namja yang menyebalkan~
Minggunya, aku dikenalkan Woohyun Oppa pada Jigun Eonni, tunangannya. Geunyeo-neun neomu yeppeun yeoja! Kami bertiga pergi ke Everland. Neomu haengboghada~sayangnya, Minggu malam itu, Woohyun Oppa dan Jigun Eonni pulang. Aku kembali kesepian.
Iseng, aku membuat self-video. “Annyeong haseyo! Nam Hyunra-imnida… aku mau cerita. Aku seorang outcast. Aku tak peduli apakah aku dianggap teman-teman atau tidak. Yang jelas, tidak dengan guru-guruku. Aku bertahun-tahun tinggal di Jerman. Tapi mereka memujiku, mengatakan bahwa aku jenius.
Tapi satu masalahku. Aku merasa aneh dengan Sunggyu. Dia adalah teman dari kakak sepupuku tersayang, Nam Woohyun Oppa. Tapi dia berbeda dengan Woohyun Oppa. Dingin, kasar, bersikap penguasa. Meskipun dia pintar dan menawan dan memukau. Ahaha… terpukaukah aku? Entahlah. Itu masih misteri… OK, sekarang sudah malam. Aku mau tidur. Annyeong!!!”
-But Howon is…
[Sunggyu POV]
Ufffh! Kenapa Woohyun seperti itu padaku? Ia malah asik makan dengan Hyunra di Nando’s. Aku hanya menyapanya, tidak dengan Hyunra. Gadis itu tak terlihat membenciku, memang. Tapi entah kenapa, detak jantungku menjadi berlipat-lipat kali(?) lebih cepat saat aku memandangnya. Apa yang terjadi?
Aku heran. Karena, setelah cerita Woohyun tempo hari, aku sama sekali tak berniat membencinya. Argh, naneun wae? Aku tidak mungkin jatuh cinta padanya setelah apa yang ia lakukan kemarin lusa. Kecuali atas apa yang terjadi hari Senin ini…
“Kim Sunggyu-sshi!” seseorang berteriak dari belakang. Aku menoleh. Dengan cepat, aku mengenali orang itu. Nam Hyunra. Aku menatapnya dingin. Dari jarak 3 meter, ia berseru, “Mianhada!” tanpa menjawab, aku membalikan badan dan berjalan sendirian.
Setelahnya, aku terus memata-matai yeoja itu. Berusaha mengikutinya kemanapun dia pergi, dan berada di dekatnya. Pernah suatu hari, Woohyun memergoki diriku di perpustakaan. Dan hari itu, aku ketahuan oleh Hyunra.
“Sunggyu-ya! Wah, wah… kau aneh sekali belakangan ini. Sering ke perpustakaan rupanya. Mwoyahae?” Woohyun memepuk bahuku dari belakang. Aku yang sedang melihat-lihat buku dibuatnya terkejut.
“Saekki,” bisikku mengumpat padanya. Ia hanya nyengir. “Rasanya aku jatuh cinta pada adik sepupumu itu.” Terang-terangan kuakui hal itu, tetap masih berbisik.
“Ya! Akhirnya ada yeoja yang membuatmu takluk!” serunya kegirangan. Aku yang merasa annoyed menjewer telinganya. “Aaaaah~apo!”
“Sssssht! Oppa, tolong bicara pelan-pelan. Ini perpustakaan. Sadar, dong!” seorang yeoja menegur Woohyun. Aku menengok ke arah suara itu di sudut perpustakaan, karena aku memang mengikutinya.
“Kkargh~tunggu sebentar. Aku mau ke kamar mandi!” Woohyun memegangi lehernya, ia tersedak permen.
Secepat kilat, aku mendekati yeoja itu. “Neomu mianhada. Aku memang sengaja menabrakmu hari itu. Woohyun menudingmu. Aku bilang kau sungguh cantik dan ingin melakukan sesuatu padamu. Tapi sayangnya, bukan itu yang kuharapkan.” Aku menarik nafas dalam-dalam. “Nan nega jeongmal johaseo… maafkan aku, aku juga menamparmu keras-keras. Pukulan itu, aku rasa memang pantas kudapatkan… sebagai ganjaran atas sikapku yang kurang ajar. Kau memaafkanku?” Panjang lebar aku meminta maaf sampai akhirnya aku bertanya. Aku menatap matanya dalam. (Itu kontak mata dengan Hyunra untuk kedua kalinya. Aku baru menyadari bahwa matanya sangat indah!)
[Hyunra POV]
“Kau memaafkanku?” tanyanya sambil menatapku dalam-dalam. Matanya yang biasa menatap tajam kini memandangku lembut dan penuh harap.
“Bukan salahmu. Aku yang salah. Mianhaeyo. Hari itu aku kesal, lalu aku membentakmu. Pukulan itu… maaf, aku… aku…” kata-kataku jadi kacau. Aku mendadak speechless.
“Aku mengerti. Aku tak ingin membahas lebih lanjut… kau memaafkanku?” ia menjawab dengan tenang dan penuh pengertian.
“Ne. Aku memaafkanmu. Apa kau… juga memaafkanku?” aku bertanya dengan sepenuh kemampuan(?)-ku. Aku yang hampir memeluknya secara refleks bergerak sedikit mundur dan punggungku bertemu dengan tembok.
“Aku memaafkanmu. Seberapapun besar kesalahanmu, aku tak bisa menyimpan dendam pada orang yang aku cintai.” Sunggyu menjawab dengan lembut di depan wajahku. Nafasnya menyapu setiap mikrometer wajahku. Bau parfumnya yang tak pernah kusadari menyeruak dari tubuhnya yang mengurungku antara tubuh atletisnya dan tembok perpustakaan. “Neoreul saranghae.”
“Nado neoreul saranghae.” Aku berbisik di depannya. Sepersekian detik setelahnya, ia menciumku. Aku refleks mengalungkan tanganku ke tengkuknya sementara tangannya kini berada di punggungku dan kepalaku.
Kami semakin mengeratkan tautan bibir kami dan saling melumat satu sama lain. Sampai akhirnya bel masuk berbunyi, kami menyudahi ciuman yang cukup lama ini.
“Di mana kelasmu?” tanyanya saat kami keluar beriringan. Terdengar canggung, tapi kurasa ini tetaplah awalan yang baik.
“XI-1. Kelasmu sendiri di mana?” aku balas bertanya. Aku membumbui sedikit senyum manis. Ia juga tersenyum, perlahan-lahan kecanggungan mulai runtuh.
“XI-4.” Ia menjawab kemudian menggandengku. “Chagiya… aku tidak pernah menyadari kalau kelas kita berseberangan…”
Aku hanya bisa menggulum senyum saat ia memanggilku seperti itu. Aku tak mampu berkata-kata lagi, dan kami berpisah di depan kelasku. Aku mencoba berbicara. “Annyeong, Chagiya… saranghae!” hanya itu kata-kata yang mampu keluar dari mulutku.
“Annyeong!”
***
Aneh? Ending gantung? Jelek? Ya maap~Author Carolin sendiri ngerasa emang aneh, apalagi endingnya. Heukheukheuk ^-^ kritik, saran, komentar, dll, sampein di kolom komen yaps! Thanks for respect me~ :)

No comments:

Post a Comment